Dinamakan batik gentongan karena merujuk pada salah satu parkakas penting dalam proses pembuatannya, yakni Gentong atau gerabah. Gentong tersebut digunakan dalam proses pewarnaan dengan bahan-bahan pewarna alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti, kulit mengkudu, kulit mundu, kuliat buah jalawe, kayu jambal, kayu jirek dan lain sebagainya, Masing masing warna bahan alamiah itu membawa efek warna tersendiri.
Salah seorang pengrajin batik gentongan dari CV. Pesona Batik Madura, Siti Maimona saat ditemui dibutiknya di jalan RE. Marta Dinata Bangkalan mengatakan, bahwa menurut pakem produksi Batik Gentongan klasik, lamanya perendaman kain dalam proses pewarnaan mencapai 3 hingga 6 bulan, jadi tidak mengherankan jika untuk menghasilkan selembar kain Batik Gentongan klasik diperlukan waktu pengerjaan hingga 1 tahun.
“Selain itu gentong-gentong yang dipergunakan pengrajin tertentu untuk menrendam batik tersebut merupakan warisan turun temurun, ada yang berusia 100 tahun, bahkan ada gentong yang telah berusia 200 tahun,” ungkap Maimona, wanita asal kecamatan Tanjung Bumi Bangkalan.
Maimona menjelaskan, cairi-ciri batik Gentongan selaras dengan cirri umum batik pesisiran, seperti pengemukaan warna-warni, selain itu batik gentongan selintas terlihat basah, padahal bila diraba tekstur kainnya halus dan kering.
“Ada sekitar 50 an motif batik klasik Gentongan yang berkembang di Madura dan dalam setiap lembar kain Batik Gentongan yang sudah jadi, terkandung begitu banyak cerita, tidak saja menyangkut proses teknik dan kesetiaan para pembatik, namun menyangkut sejarah, karakter demografis, adat istiadat dan tradisi,” ungkapnya.
Sementara itu, Edward Hutabarat, perancang busana sekaligus kurator seni budaya ternama, saat berkunjung ke Butik Pesona Batik Madura di Bangkalan mengatakan, bahwa batik gentongan tersebut merupakan satu-satunya batik yang prosesnya terlama di Indonesia bahkan di dunia namun kualitasnya terjamin jempolan, jika terus di cuci maka batik tersebut tambah bagus dan halus.
“Itu kelebihannya dari batik gentongan kalau di cuci tambah lembut dan dilihat kayaknya basah tapi kenyataannya tidak, bener batik kelas elit dari prosesnya saja sudah memakan waktu yang cukup lama,” ungkapnya.
Menurut Edward, untuk mengembangkan batik sebagai warisa budaya leluhur bangsa Indonesia, bahwa aspek bisni dan Making Money harus dikesampingkan, paling utama adalah cinta. “Berikan diri anda waktu untuk mengerti dan memahami lebih dalam khasanah Batik, mari bersama kita resapi jalani dan mencintai batik Indonesia,” ujarnya. (Mad Topek/ Mar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar