“Sekitar Rp 215 juta pada beberapa pihak”,ujar Hasan Iroqi. Hutang ini diantaranya meliputi biaya akomodasi hingga bonus dan gaji pemain untuk bulan terakhir yakni bulan juli. Sisa tanggungan financial ini menurutnya, adalah biaya selama perhelatan 8 besar Divisi I kemarin.
Laki-laki tambun yang juga pemilik salah satu sekolah sepakbola di Kota Bangkalan ini juga mengatakan, meski menanggung hutang namun pihak manajemen Perseba mampu memenuhi harapan publik Bangkalan, yakni lolos ke Divisi Utama musim depan. “Dengan biaya sendiri (dari sponsor) tanpa APBD, kami mampu mengarungi kerasnya kompetisi”,tambah Ra Hasan, panggilan akrabnya.
Sebagai tim amatir kala mengikuti kompetisi Divisi I kemarin, Perseba seharusnya memperoleh bantuan Pemkab Bangkalan berupa subsidi dari KONI setempat. Namun sayang, Ra Hasan mengaku tidak mendapatkan sepeser pun dari KONI meski sudah mengajukan permintaan dana kompetisi. “Tidak ada respon positif dari pihak KONI. Padahal kami membawa nama daerah”, sesalnya.
Selain dari sponsor resmi dan hasil penjualan tiket pertandingan, dana klub juga berasal dari beberapa pengusaha di Bangkalan maupun pengusaha asli Bangkalan yang ada di Surabaya dan Jakarta. “Merekalah yang menghidupi Perseba. Jadi aslinya kami sudah menjadi klub divisi I yang professional karena non-APBD”,terang ra Hasan.
Sementara Untuk pelunasan beban hutang ratusan juta rupiah diatas, pihak menajemen Perseba masih menunggu realisasi dana talangan dari beberapa pengusaha lainnya yang hingga kini belum cair. (mad topek)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar