LIKE Fanspage Facebook Propinsi Madura

Minggu, 23 Oktober 2011

Kontes Kacong-Jebbing Bangkalan, Perlukah? Rasanya Tidak!

Darah Madura – Usai sudah pemilihan Kacong Jebbing (sejenis Raka Raki kalau tingkat Prop jatim) Kabupaten Bangkalan – Madura. Grand Final pemilihan tersebut tuntas digelar semalam, sabtu (22/10/2011) disertai tampilnya Anang-Ashanty sebagai guest star alias bintang tamu di GOR Bangkalan.

Ribuan warga Bangkalan memadati gedung yg terletak di jalan Halim Perdanakusuma tersebut. Didalam gedung penuh sesak. Belum lagi di halaman GOR juga dipenuhi warga yang nonton di depan dua layar lebar. Ini yang aneh, biasanya gak seramai ini. Selidik punya selidik, warga yang hadir karena adanya duet Anang-Ashanty. Begitu keduanya selesai manggung, banyak pula warga yang beringsut pulang. Meski sebagian masih menonton pemilihan.

Ratusan Juta Untuk Bayar Duet Anang-Ashanty?
Seorang teman ku berkata, duet penyanyi ini kabarnya dibayar 120 juta loh. Ntah bener bisa juga tidak. Bisa diatas harga itu bisa juga dibawahnya. Soalnya aku juga tak terlalu tahu harga pentas Anang-Ashanty. Namun yang pasti, jika benar 120 juta…… alamak, duit ratusan juta itu hanya untuk bayar dua orang yang nyanyi beberapa lagu. Menghibur mungkin ya, tapi cuma hiburan dan kesenangan sesaat. Selepas itu, dilupakanlah!

Duit sebanyak itu rasanya lebih bermanfaat untuk membantu masyarakat Bangkalan yang hidup digaris kemiskinan. Aku masih ingat, beberapa bulan yang lalu pernah liputan tentang seorang perempuan miskin yang sakit parah yang tak mampu berobat. Dia hanya tergeletak tak berdaya di kamar kontrakan nya. Begitu pula liputan tentang seorang ibu dari keluarga tidak berada secara ekonomi yang melahirkan dua anak kembar. Ini baru segelintir contoh warga Bangkalan yang miskin dan butuh uluran tangan pemkab Bangkalan.
Jika uang pentas Anang-Ashanty disumbangkan kepada mereka (50 persen nya saja alias 60 juta), setiap dari mereka diberi 30 juta, kedua keluarga miskin tersebut akan menangis terharu sebagai ungkapan terima kasih! Mereka akan merasa terbantu sekali. Mereka akan selalu ingat siapa yang membantu. Bahkan saya yakin mereka akan langsung berdoa,” ya Allah, berilah balasan yang berlimpah buat mereka yang membantu saya”. Nah, saya tanya: Lebih bermanfaat mana, memberi uang pada Anang-Ashanty atau kepada mereka yang miskin yang jauuuuuuh lebih membutuhkan????!!!

ini baru menghitung uang yang dikeluarkan untuk Anang-Ashanty. Bagaimana dengan uang biaya lain perhelatan pemilihan Kacong-Jebbing ini? Kiranya akan ada banyak uang yang mesti disebutkan. Dengan biaya yang mencapai ratusan juta rupiah, adakah manfaat yang bisa diperoleh masyarakat Bangkalan? Rasanya tidak!

Pemilihan Kacong-Jebbing, Hanya Kontes Adu Cantik dan Ganteng. Tidak Lebih!
Sebagaimana pemilihan sejenis, kontes Kacong-Jebbing ini mengusung slogan 3 B yakni Brain, Beauty and Behaviour alias otak atau pinter, cantik atau outer beauty dan bertingkah laku yang baik atau inner beauty. Seorang peserta Jebbing semalam pun berusaha mengulangi menyebutkan 3 B tersebut. Ironisnya dia tidak hafal. Ntahlah……………

Lewat layar lebar di luar bersama sejumlah teman jurnalis, ku lihat para kontestan di panggung. Lenggak-lenggok cara mereka berjalan, ah betul betul bikin gemes kayak putra-putri keraton aja! Sebagian dari mereka memang enak dilhat atau good looking kata orang sono. Tapi bukan itu yang ku tunggu. Terus apa? Tiap jawaban kontestan saat mendapat pertanyaan itu yang ku tunggu.
Wuiiih…..ada yang jawab pake bahasa Inggris-lah meski belepotan yang penting begaya lah! Hehehe Ada pula yg pake bhs Indonesia hingga pake bhs Madura halus (yang ini hrs di-apresiasi). Sayang isi jawabannya banyak yang mengecewakan saya!

Saat ditanya tentang budaya maupun tempat wisata Bangkalan, kesan MEMBUAL dan MENGADA-NGADA terlihat sekali. Coba dengerin aja, banyak dari mereka yang bilang, “datanglah ke Bangkalan dan kunjungi tempat wisatanya pasti mantap” atau “wisata Bangkalan akan membuat anda rindu kembali berkunjung” hingga seorang peserta dengan bhs Inggrisnya bilang, “Pantai Sambilangan fantastis, Pantai Rongkang menarik dan Pantai Maneron yang Indah”.

Membual? Tentu saja! Mengada-ngada? Jelas! Kesannya cari muka pada juri dan pejabat Bangkalan yang ada di depan mereka. Faktanya? Ini harus diakui, nyaris tidak ada tempat wisata di Bangkalan yang layak jual! Kita hanya punya wisata religi dan sejarah yang layak dan selalu ramai yaitu Pasarean Syaichona Kholil (Mertajesah) dan Aer Mata rato Ebuh (Arosbaya). Ada lagi, Kerapan sapi yang dikemas Bangkalan Bullracing Events yang biasanya digelar tiap minggu terakhir setiap bulannya.. Lain dari ini? Gak ada lagi, mas bro!

Miris memang. Sebagai pintu gerbang masuk Pulau Madura (apalagi sejak adanya Jembatan Suramadu), Bangkalan belum punya lokasi wisata yang layak jual selain dua tempat yang saya sebutkan diatas. Seharusnya, segala piranti wisata itu sudah siap sejak sebelum Jembatan Suramadu diresmikan. Jadi begitu selesai diresmikan, segala macam lokasi wisata di Bangkalan sudah siap menyambut para wisatawan. Nyatanya? Ah.....lagi-lagi nada kecewa!

Terus pantai yang mereka sebutkan? Hayo saya tanya, fantastiskah pantai Sambilangan? Pantai Maneron dan Rongkang? Tidak! Karena memang begitu adanya. Pantai pantai tersebut memang punya potensi sebagai tourism resort. Tapi sayang, karena tidak tergarap dengan baik, potensi itu sia-sia! Untuk kemudian dijual kepada public, rasanya belum saatnya. Jadi rasanya tidak pantas dipuja-puji seperti itu. Saya jadi bertanya, para kontestan itu memuji tempat wisata di Bangkalan yang katanya indah, apa karena cari muka atau mereka memang belum sampai kesana sehingga asal keluar saja kata2 pujian itu.

Belum lagi seorang peserta ada yang menyebutkan kalau pantai Siring Kemuning layak dikunjungi. Ah, apa dia tidak tahu kalau pantai itu sudah rusak parah tidak terurus. Dulu mungkin iya! Tapi sekarang? Aduh, monggo lihat sendiri. Saat diatas panggung saja mereka sudah membual, layakkah mereka jadi wakil atau duta wisata Bangkalan? Hmmmm……silahkan anda nilai sendiri!

Yang saya khawatirkan, jika kata-kata bualan bernada pujian (alias congocoh, bhs Madura) didengar orang luar Madura, terus mereka berkunjung ke lokasi-lokasi wisata itu, yang mereka lihat tidak sesuai dengan yang mereka dengar. Mereka pasti kecewa! Siapa yang malu? Bangkalan sendiri! Bukan para peserta yang membual itu!
Ini baru satu kasus saja. Aku mau cerita hal lain ttg kacong-jebbing. Seorang teman istri ku ada yang terpilih sebagai runner up jebbing (gak usah disebutin nama dan tahun berapa dia ikut, yang pasti tahun-tahun kemarin). Runner up, tentu sebuah posisi yang sudah bergengsi krn Cuma satu tingkat dibawah sang juara. Terus apa masalahnya?

Setiap kali dia ngobrol dg kami, tampaknya si cewek runner up jebbing ini gak fasih berbahasa Madura. Bahkan sepertinya enggan berbahasa Madura. Kata teman ku yang lain, dia seperti tidak bangga dengan bahasa Madura nya. Memalukan!

Satu lagi, kecerdasan dan pintarnya seseorang itu kata orang bisa terlihat dari cara dia berbicara. Nah, kalau dilihat dari segi ini rasanya dia gak masuk kriteria pintar. Sering gak nyambung! Masak dia terpilih jadi runner up hanya karena faktor wajah doang? Ah mengecewakan! Layakkah dia jadi Jebbing Bangkalan sebagai duta wisata? Rasanya tidak!

Ratusan juta dihamburkan. Mulai dari tahap pendaftaran, seleksi hingga malam grand final. Hasilnya? Memilih putra-putri Bangkalan yang dianggap layak menjadi duta wisata……. Ingat, mereka yang terpilih itu seharusnya sadar, dipundak mereka ada ratusan juta yang dipertaruhkan. Kalau mereka tidak bermanfaat bagi masyarakat, kalau mereka tidak kapabel jadi duta wisata Bangkalan, kalau mereka tidak bangga dengan identitas Madura nya, MASIH BERMANFAAT-KAH dan PERLUKAH pemilihan Kacong Jebbing? Kalau kondisinya seperti ini, rasanya Tidak!

Mator sakalangkong…..mogeh-mogeh tadhek se agigir dhe’ tolesan panekah. Toreh patabukkak atenah. Panekah kritik membangun. Demi masyarakat Bengkalan se lebbi sae! (Mad Topek)


Foto-foto kacong-jebbing panekah kaule download dheri: http://kacong-jebbing.blogspot.com

Related Posts by Categories



1 komentar:

  1. Saya sebagai Putra Bangkalan, tak ada waktu untuk mengkritik.. apa yang bisa saya lakukan untuk bangkalan, ya akan saya lakukan, saya tidak pandai berbicara apalagi mengkritik, bagi saya itu hanya perbuatan sia-sia yang biasanya hnya sbagai pecut sementara saja..
    maaf sebelumnya..
    mnurut saya, mengkritik biasa dilakukan oleh orang yang tidak bisa berbuat tapi hanya bisa berbicara dan sdikit sekali dari yg mengkritik yang bisa memberikan solusi kedepan..

    Maaf N koreksi klo da yang salah..

    salam:

    TreTans.com
    Aselih Oreng Madura

    BalasHapus