Sampang - Sebuah Al qur’an raksasa yang konon usinya sudah lebih dari seratus tahun menjadi koleksi salah seorang warga di kabupaten Sampang, Madura.
Al qur’an tanpa harakat tersebut milik Subaidi, warga Jalan Suhada, kelurahan Dalpenang, Kota Sampang. Dilihat secara kasat mata, ukuran Al qur’an ini memang jauh lebih besar daripada Al qur’an pada umumnya.
Al qur’an ini memiliki ukuran panjang 1 meter dan lebar 2 meter. Dengan berat mencapai 30 kilogram, kitab suci ini memiliki ketebalan hingga 10 cm lebih.
Al-qur’an ini ditulis pada daun lontar. Lebih unik lagi, ia tidak memiliki harakat atau tanda baca. Bagi seseorang yang tidak menguasai al-qur’an dengan baik, tentu akan sangat kesulitan untuk membacanya. Hanya orang tertentu saja yang mampu termasuk mereka yang sudah hafal Al quran (hafidz.
Menurut subaidi, sang pemilik yang ditemui di rumahnya, Al-qur’an ini diwariskan secara turun temurun dalam keluarganya. Subaidi sendiri memperolehnya sebagai warisan dari orang tuanya sebelum meninggal tiga tahun silam. Berdasarkan penuturan kedua orang tuanya tersebut, Al-qur’an ini dibawa dari daerah Jokjakarta ke Madura oleh leluhurnya dulu.
“Jadi ini warisan dari orang tua saya. Warisan yang teramat sangat bernilai harganya”, ujar Subaidi yang mengaku sempat berkali-kali ada orang yang menawar hendak membelinya. Namun Subaidi selalu menolak meski diiming-imingi uang dalam jumlah besar.
Al qur’an ini dibaca dan dikhatamkan pada waktu-waktu tertentu. Yakni pada bulan ramadhan dan tiap hari raya besar umat Islam serta setiap malam jum’at legi. “Tidak kami baca tiap hari. Ini sebagaimana pesan dari leluhur kami. Ya kalau hari biasa, kami baca kitab Al qur’an yang biasa”,terang Subaidi lagi.
Tradisi mengkhatamkan Alqur’an ini pun berlangsung secara rutin setiap tahunnya hingga kini. Selain melanggengkan kebiasaan yang diwariskan oleh pemiliknya sejak dulu, juga berharap barokah dari kitab suci Al qur’an tersebut. (Mad Topek)
LIKE Fanspage Facebook Propinsi Madura
Sabtu, 27 Oktober 2012
Iedul Adha, Hari Raya Besar Bagi Masyarakat Madura
Bangkalan - Sebagaimana umat Islam pada umumnya, masyarakat Madura juga merayakan Iedul Adha hari ini. Bagi masyarakat Madura, Iedul adha dianggap sebagai hari raya terbesar. Salah satu alasannya, Iedul Adha merupakan momen berbagi daging qurban bagi sesama.
Seperti halnya yang nampak di kampung Manggisan, desa Langkap, kecamatan Burneh, Bangkalan, Madura, jumat (26/10). Ratusan warga berkumpul di lapangan setempat guna menunggu penyembelihan hewan qurban berupa 21 sapi serta 22 kambing. Puluhan hewan qurban tersebut milik warga setempat. Lalu dikumpulkan untuk dilakukan penyembelihan secara bersama-sama yang dikoordinir oleh salah satu ormas Islam di kampung tersebut.
Hari raya Iedul Adha memang sangat semarak dirayakan masyarakat Madura hingg saat ini. Dan penyembelihan puluhan hewan qurban seperti inilah yang menjadi salah satu alasannya. Hal tersebut dikarenakan saat penyembelihan hewan qurban menjadi momen berkumpul bagi warga termasuk orang Madura perantauan. Mereka rela mudik sejenak ke kampung halaman di Madura untuk merayakan Iedul Adha. Baik yang kaya maupun yang miskin, semua berkumpul bersama menjadi satu.
Lalu secara gotong royong mereka menyembelih, membagi dan membersihkan daging hewan qurban ini tanpa melihat strata sosialnya. Fenomena sosial yang mengagumkan dari sebuah momen keagamaan. Hewan – hewan qurban tersebut menjadi salah satu simbol keikhlasan umat untuk berkorban bagi agamanya, terutama sekali berbagi daging qurban untuk sesama.
“Hari ini merupakan hari yang paling besar, Karena hari ini memang melibatkan seluruh lapisan masyarakat”, kata Moh Affandi, salah seorang panitia penyembelihan hewan qurban. “Yang kaya menyumbangkan hewan qurban. Sementara yang tidak mampu menunggu momen pembagian daging qurban”, sambungnya lagi.
Daging hewan qurban ini kemudian dipilah dan dibagi secara rata bagi masyarkat sekitar tanpa terkecuali. Selain karena momen menyembelih hewan qurban, Iedul Adha dianggap sebagai hari raya terbesar karena bersamaan dengan waktu berhaji bagi umat Islam ke Baitullah di Kota Mekah Almukarromah. (Mad Topek)
Seperti halnya yang nampak di kampung Manggisan, desa Langkap, kecamatan Burneh, Bangkalan, Madura, jumat (26/10). Ratusan warga berkumpul di lapangan setempat guna menunggu penyembelihan hewan qurban berupa 21 sapi serta 22 kambing. Puluhan hewan qurban tersebut milik warga setempat. Lalu dikumpulkan untuk dilakukan penyembelihan secara bersama-sama yang dikoordinir oleh salah satu ormas Islam di kampung tersebut.
Hari raya Iedul Adha memang sangat semarak dirayakan masyarakat Madura hingg saat ini. Dan penyembelihan puluhan hewan qurban seperti inilah yang menjadi salah satu alasannya. Hal tersebut dikarenakan saat penyembelihan hewan qurban menjadi momen berkumpul bagi warga termasuk orang Madura perantauan. Mereka rela mudik sejenak ke kampung halaman di Madura untuk merayakan Iedul Adha. Baik yang kaya maupun yang miskin, semua berkumpul bersama menjadi satu.
Lalu secara gotong royong mereka menyembelih, membagi dan membersihkan daging hewan qurban ini tanpa melihat strata sosialnya. Fenomena sosial yang mengagumkan dari sebuah momen keagamaan. Hewan – hewan qurban tersebut menjadi salah satu simbol keikhlasan umat untuk berkorban bagi agamanya, terutama sekali berbagi daging qurban untuk sesama.
“Hari ini merupakan hari yang paling besar, Karena hari ini memang melibatkan seluruh lapisan masyarakat”, kata Moh Affandi, salah seorang panitia penyembelihan hewan qurban. “Yang kaya menyumbangkan hewan qurban. Sementara yang tidak mampu menunggu momen pembagian daging qurban”, sambungnya lagi.
Daging hewan qurban ini kemudian dipilah dan dibagi secara rata bagi masyarkat sekitar tanpa terkecuali. Selain karena momen menyembelih hewan qurban, Iedul Adha dianggap sebagai hari raya terbesar karena bersamaan dengan waktu berhaji bagi umat Islam ke Baitullah di Kota Mekah Almukarromah. (Mad Topek)
Selasa, 02 Oktober 2012
Perpeloncoan Siswa Baru, Dipaksa Makan Lumpur Dan Air Keruh
Sampang - Sebuah aksi perpeloncoan tidak manusiawi berhasil tertangkap kamera video amatir seorang warga Sampang, Madura. Mohammad Ikbal Fatoni, sang pemilik gambar menuturkan, dirinya mengambil video ini saat berlibur bersama keluarganya di lokasi wisata alam Coban Rondo, Malang, Jawa Timur, pertengahan bulan September kemarin.
Dalam video berdurasi dua menit 40 detik tersebut jelas terlihat, sejumlah siswa baru dipaksa makan lumpur oleh seniornya yang diduga adalah pengurus OSIS sekolah yang bersangkutan. Seraya bersimpuh, mereka disuapi lumpur sungai dengan menggunakan sendok dari dalam gelas. Lumpur ini menurut Ikbal Fatoni diistilahkan sebagai es krim oleh para seniornya tersebut.
Tidak cukup itu saja. Usai dipaksa menelan lumpur, gelas bekas wadah lumpur tersebut kemudian diberi air sungai yang selanjutnya diminumkan secara bergilir pula. Bahkan air sungai itu terlebih dahulu diobok-obok agar menjadi air keruh. Dalam gambar video amatir ini juga terlihat, salah seorang senior sempat memeriksa mulut siswa barunya, khawatir air keruh tersebut tidak diminum.
Lebih miris lagi, para siswa lain dipaksa bertiarap di dalam air dan disuruh merangkak serta merayap. Dan jika menolak, tampak dengan jelas pula sang senior menginjak punggung mereka dari atas. Dari rekaman video ini pula, jelas terdengar ada suara melalui alat pengeras suara yang dipegang seseorang yang mengatakan, “saya tidak ingin memiliki murid yang klemar-klemer dan tidak tidak bisa tanggap situasi. Saya mau yang tanggap situasi, langsung cekatan”.
“Bisa jadi itu yang pegang speaker guru atau pembina OSIS nya. Dia menyebut dengan kata ‘murid’ pada para siswa itu”, ujar Ikbal Fatoni pada wartawan di rumahnya, selasa sore (02/10/2012). Ikbal Fatoni mengatakan, aksi perpeloncoan ini membuat miris sejumlah pengunjung wisata Coban Rondo yang kebetulan melihat saat itu. Namun mereka enggan menghentikan aksi ini karena bukan wewenang mereka.
“Awalnya saya melihat banyak wisatawan yang bergerombol dekat sungai. Setelah saya mendekat, saya ya melihat aksi tidak manusiawi itu, mas. Banyak pengunjung yang mengelus dada melihat hal tersebut”, cerita Ikbal lagi.
Menurut Ikbal, dari spanduk yang menjadi background di lokasi jelas terlihat aksi perpeloncoan ini berlabel Latihan Dasar Kepemimpinan yang dilakukan oleh sebuah SMA swasta Surabaya. “Kami para pengunjung tak berani melarang. Khawatir salah paham dengan mereka”, tambah Ikbal.
Cara orientasi siswa baru yang tidak manusiawi seperti ini, tentu diluar batas kewajaran. Selain tidak mengandung unsur pendidikan, aksi ini juga rawan membawa korban bagi para siswa baru yang tidak kuat secara fisik. Dengan sistem pelatihan dasar yang salah kaprah semacam ini, akan memicu aksi kekerasan berkelanjutan dan menjadi tradisi buruk dalam proses pendidikan. (mad)
Dalam video berdurasi dua menit 40 detik tersebut jelas terlihat, sejumlah siswa baru dipaksa makan lumpur oleh seniornya yang diduga adalah pengurus OSIS sekolah yang bersangkutan. Seraya bersimpuh, mereka disuapi lumpur sungai dengan menggunakan sendok dari dalam gelas. Lumpur ini menurut Ikbal Fatoni diistilahkan sebagai es krim oleh para seniornya tersebut.
Tidak cukup itu saja. Usai dipaksa menelan lumpur, gelas bekas wadah lumpur tersebut kemudian diberi air sungai yang selanjutnya diminumkan secara bergilir pula. Bahkan air sungai itu terlebih dahulu diobok-obok agar menjadi air keruh. Dalam gambar video amatir ini juga terlihat, salah seorang senior sempat memeriksa mulut siswa barunya, khawatir air keruh tersebut tidak diminum.
Sang 'Senior' Sedang Memberikan Air Sungai Keruh Kepada 'Junior'-nya
Lebih miris lagi, para siswa lain dipaksa bertiarap di dalam air dan disuruh merangkak serta merayap. Dan jika menolak, tampak dengan jelas pula sang senior menginjak punggung mereka dari atas. Dari rekaman video ini pula, jelas terdengar ada suara melalui alat pengeras suara yang dipegang seseorang yang mengatakan, “saya tidak ingin memiliki murid yang klemar-klemer dan tidak tidak bisa tanggap situasi. Saya mau yang tanggap situasi, langsung cekatan”.
“Bisa jadi itu yang pegang speaker guru atau pembina OSIS nya. Dia menyebut dengan kata ‘murid’ pada para siswa itu”, ujar Ikbal Fatoni pada wartawan di rumahnya, selasa sore (02/10/2012). Ikbal Fatoni mengatakan, aksi perpeloncoan ini membuat miris sejumlah pengunjung wisata Coban Rondo yang kebetulan melihat saat itu. Namun mereka enggan menghentikan aksi ini karena bukan wewenang mereka.
“Awalnya saya melihat banyak wisatawan yang bergerombol dekat sungai. Setelah saya mendekat, saya ya melihat aksi tidak manusiawi itu, mas. Banyak pengunjung yang mengelus dada melihat hal tersebut”, cerita Ikbal lagi.
Siswa Baru Yang Dipaksa Tiarap dan Disuruh Merangkak
Menurut Ikbal, dari spanduk yang menjadi background di lokasi jelas terlihat aksi perpeloncoan ini berlabel Latihan Dasar Kepemimpinan yang dilakukan oleh sebuah SMA swasta Surabaya. “Kami para pengunjung tak berani melarang. Khawatir salah paham dengan mereka”, tambah Ikbal.
Cara orientasi siswa baru yang tidak manusiawi seperti ini, tentu diluar batas kewajaran. Selain tidak mengandung unsur pendidikan, aksi ini juga rawan membawa korban bagi para siswa baru yang tidak kuat secara fisik. Dengan sistem pelatihan dasar yang salah kaprah semacam ini, akan memicu aksi kekerasan berkelanjutan dan menjadi tradisi buruk dalam proses pendidikan. (mad)
Langganan:
Postingan (Atom)